Definisi Nyeri
Rasa nyeri (nosisepsi) merupakan masalah unik, disatu pihak bersifat melindungi badan kita dan dilain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi nyeri menurut The International Association for the Study of Pain ialah sebagai berikut, nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya sentuhan ringan, kehangatan, dan tekanan ringan.
Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri akut
a. Nyeri somatik luar
Nyeri tajam di kulit, subkutis, mukosa.
b. Nyeri somatik dalam
Nyeri tumpul di otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat
c. Nyeri visceral
Nyeri karena penyakit atau disfungsi alat dalam
2. Nyeri kronik
Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan, dan lain-lainnya.
Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi:
1. Nyeri cepat (fast pain)
Nyeri ini singkat dan tempatnya jelas sesuai rangsang yang diberikan misalnya nyeri tusuk, nyeri pembedahan. Nyeri ini dihantarkan oleh serabut saraf kecil bermielin jenis A-delta dengan kecepatan konduksi 12 – 30 meter/detik.
2. Nyeri lambat (slow pain)
Nyeri ini sulit dilokalisir dan tak ada hubungan dengan rangsang misalnya rasa terbakar, rasa berdenyut atau rasa ngilu (linu). Nyeri ini dihantarkan oleh serabut saraf primitif tidak bermielin jenis C dengan kecepatan konduksi 0,5 – 2 meter/detik.
NYERI INFLAMASI
Proses inflamasi ialah proses unik baik secara biokimia atau seluler yang disebabkan oleh kerusakan jaringan atau adanya benda asing, dimana proses ini tidak hanya berusaha menghilangkan jaringan yang rusak, tetapi juga berusaha untuk menyembuhkannya. Adapun salah satu dari gejala proses ini adalah adanya nyeri jaringan (dolor). Selain nyeri, inflamasi ditandai oleh, reaksi kemerahan pada jaringan (rubor), kehangatan pada jaringan (kalor), pembengkakan jaringan (tumor), dan kehilangan fungsi jaringan (fungsio laesa).
Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri ialah ujung – ujung saraf bebas. Nyeri dapat memicu mual muntah melalui peningkatan sirkulasi katekolamin akibat stress.
MEKANISME NYERI
Nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Proses transduksi adalah proses dimana rangsang nyeri (noksius) diubah menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Impuls ini melalui proses transmisi, oleh saraf sensoris perifer akan dilanjutkan ke terminal di medula spinalis yang disebut sebagai neuron aferen primer, kemudian impuls diteruskan oleh jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan talamus (neuron penerima kedua), baru disampaikan dari talamus ke korteks serebri oleh neuron penerima ketiga. Pada perjalanannya akan terjadi proses modulasi, baik itu di nosiseptor perifer, medula spinalis, ataupun supraspinal. Proses modulasi ini dapat menghambat atau memberi fasilitasi dari impuls nyeri tadi. Setelah sampai ke korteks serebri, impuls atau rangsang nyeri akan mengalami proses persepsi, yang dipengaruhi oleh faktor subjektif, walaupun mekanismenya belum jelas.
Zat – zat penghasil nyeri
Pembedahan akan menghasilkan sel – sel rusak dengan konsekuensi akan mengeluarkan zat – zat kimia bersifat algesik yang berkumpul di sekitarnya dan dapat menimbulkan nyeri. Zat mediator inflamasi tersebut diantaranya : bradikinin, histamin, katekolamin, sitokinin, serotonin, proton, lekotrien, prostaglandin, substansi P dan 5-hidroksi-triptamin. Nyeri ini dapat berlangsung berjam – jam sampai berhari – hari.
ZAT SUMBER NYERI EFEK PADA AFEREN PRIMER
Kalium Sel – sel rusak ++ Mengaktifkan
Serotonin Trombosit ++ Mengaktifkan
Bradikinin Kininogen plasma +++ Mengaktifkan
Histamin Sel – sel mast + Mengaktifkan
Prostaglandin Asam arakidonat dan sel rusak ± Sensitisasi
Lekotrien Asam arakidonat dan sel rusak ± Sensitisasi
Substansi P Aferen primer ± Sensitisasi
Respon sistemik terhadap nyeri
Nyeri akut berhubungan dengan respons neuro-endokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan hormon katabolik (katekolamin, kortisol, glukagon, renin, aldosteron, angiotensin, hormon antidiuretik) dan penurunan hormon anabolik (insulin, testosteron).
Manifestasi nyeri dapat berupa hipertensi, takikardi, hiperventilasi (kebutuhan O2 dan produksi CO2 meningkat), tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat (ileus, retensi urin).
Skala Nyeri
Pengetahuan tentang nyeri penting untuk menyusun program penghilangan nyeri pasca bedah. Derajat nyeri dapat diukur dengan macam – macam cara, misalnya tingkah laku pasien, skala verbal dasar (VRS, verbal rating scales), maupun dengan skala analog visual (VAS, visual analogue scales).
Secara sederhana nyeri pasca bedah pada pasien sadar dapat langsung ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikategorikan sebagai:
1. Tidak nyeri (none)
2. Nyeri ringan (mild, slight)
3. Nyeri sedang (moderate)
4. Nyeri berat (severe)
5. Sangat nyeri (very severe, intolerable)
Metode Penghilang Nyeri
Biasanya digunakan analgetik golongan opioid untuk nyeri hebat dan golongan anti inflamasi non steroid (NSAID,nonsteroidal anti inflammatory drugs) untuk nyeri sedang atau ringan.
Metode menghilangkan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rektal, transdermal, sublingual, subkutan, intramuskular, intravena atau per infus). Cara yang sering digunakan dan paling digemari ialah intramuskular opioid.
Metode regional misalnya dengan epidural opioid (untuk dewasa morfin 1 – 6 mg, petidin 20 – 60 mg, fentanyl 25 – 100 µg) atau intraspinal opioid (untuk dewasa morfin 0,1 – 0,3 mg, petidin 10 – 30 mg, fentanyl 5 – 25 µg). Kadang – kadang digunakan metode infiltrasi pada luka operasi sebelum pembedahan selesai misalnya pada sirkumsisi atau pada luka apendiktomi.
NYERI POST OPERASI
Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang diakibatkan oleh operasi pada regio thoraks, intraabdomen, tulang panjang serta persendian. Sekitar 60% pasien menderita nyeri yang hebat, 25% nyeri sedang dan 15% nyeri ringan. Sebaliknya, pada operasi di regio kepala, leher serta dinding perut hanya 15% yang dapat menimbulkan nyeri hebat pada beberapa pasien. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya lama operasi, derajat trauma operasi, jenis sayatan, dan lain - lain. Teknik operasi yang baik, jam terbang operasi yang tinggi serta otot-otot yang berelaksasi selama operasi dapat mengurangi angka timbulnya nyeri hebat pasca operasi.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri pasca operasi diantarnya keadaan fisik pasien, emosional serta lingkungan. Kecemasan adalah suatu bentuk reaksi pasien terhadap rasa nyeri yang dialaminya. Perasaan takut, cemas dan khawatir tak ditolong dapat memperberat rasa nyeri tersebut.
Pada bayi dan neonatus cenderung tidak toleransi terhadap rasa nyeri, sehingga penanganan yang tepat dalam menanggulangi rasa nyeri dapat menurunkan angka morbiditas dalam operasi mayor di golongan umur tersebut.
Fisiologi dari nyeri pasca operasi melibatkan transmisi impuls nyeri melalui serat aferen splanknik (bukan serat vagus) menuju sistem saraf pusat dimana akan menginisiasi saraf spinal, batang otak dan reflek korteks. Respon spinal dihasilkan dari stimulasi neuron di cornu anterior, menghasilkan spasme otot skelet, vasospasme dan ileus gastrointestinal. Batang otak merespon nyeri termasuk gangguan dalam ventilasi, tekanan darah dan fungsi endokrin. Kortikal meresponnya dengan pergerakan volunter dan perubahan psikologik seperti rasa takut. Respon emosional ini memfasilitasi transmisi spinal nosiseptif dan ambang lebih rendah dari persepsi nyeri
No comments:
Post a Comment