My site...cekidot... ^^

Thursday, December 17, 2009

Selamat Tahun Baru 1431 Hijriah..!!!

Bismillah...
Semoga di tahun2 berikutnya selalu ada hal terbaik yg aku lakukan...
Semoga akan selalu ada kebahagiaan yg mengiringi....
Syukurku yg teramat tinggi padaMU yg masih memberikan aku kesempatan di kehidupan ini....

Selamat Tahun Baru 1431 Hijriah...
Semoga Rakhmat Allah selalu menyertai hidup kita...
Amiinn.. ;)

PARTOGRAF

Pengertian dan Penjelasan
Partograf merupakan gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatan yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.

Hal-hal yang diamati pada catatan kemajuan persalinan atau partograf, adalah:
a) Kemajuan persalinan
• Pembukaan serviks.
• Penurunan bagian terdepan, dalam hal ini kepala.
• His (kontraksi uterus).
b) Keadaan janin
• Denyut jantung janin.
• Warna dan jumlah air ketuban.
• Moulage kepala janin.
c) Keadaan ibu
• Nadi, tekanan darah, dan suhu.
• Urin : volume, kadar protein dan aseton.
• Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
• Pemberian oksitosin.

a) Kemajuan Persalinan
• Pembukaan serviks
 Pada grafik partograf kemajuan persalinan pada garis horizontal atau sumbu Y dibagi menjadi 24 kotak. Setiap kotak mewakili 1 jam jadi semuanya untuk 24 jam, 8 jam untuk fase laten. Pada garis vertikal atausumbu X, tercatat 1-10 cm untuk pembukaan (dilatasi) serviks, dan 0-5 cm untuk penurunan kepala, untuk setiap 1 kotak mewakili pembukaan 1 cm.
 Fase laten (kurun lambat dari pembukaan) berlangsung dari pembukaan 0 sampai 3 cm disertai penipisan bertahap dari serviks (effacement), sedangkan fase aktif (kurun cepat dari pembukaan) dari pembukaan 3 sampai 10 cm (pembukaan lengkap).
 Besarnya pembukaan dalam cm dicatat kedalam partograf dengan tanda silang “X”.
 Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada indikasi.
 Pada fase aktif kecepatan pembukaan sekurang-kurangnya 1 cm/jam.
 Pada persalinan yang berlangsung normal pembukaan tidak boleh berada disebelah kanan garis waspada.
 Bila pada pemeriksa dalam didapati pembukaan serviks berada pada fase aktif (≥ 3cm), besarnya pembukaan langsung dicatat pada garis waspada.
 Ketika persalina beralih dari fase laten ke fase aktif, catatan pembukaan langsung dipindahkan dari daerah fase laten kegaris waspada, pertama garis lurus dari pembukaan masuk (fase laten), kemudian ke besarnya pembukaan pada pemeriksaan 4 jam berikutnya (fase aktif), kemudian dipindahkan ke garis waspada melalui garis yang terputus-putus (garis pindah). Garis putus-putus bukan merupakan bagian proses persalinan.
 Kotak mendatar (4 jam) disebelah kanan dari garis waspada pada prtograf terdapat “garis tindakan”. Bila grafik pembukaan melewati garis tindakan, maka ibu harus diperiksa dengan cermat apa yang menyebabkan terhambatnya pesalinan itu dan merencanakan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
• Penurunan Kepala
 Untuk menilai kemajuan persalinan kita menilai penurunan kepala terhadap rongga panggul sebagai jalan lahir, biasanya pada persalinan yang normal pembukaan serviks akan diikuti dengan penurunan kepala.
 Untuk mempermudah penilaian terhadap turunnya kepala maka evaluasi penilaian dilakukan setiap 4 jam melalui pemeriksaan luar dengan metode perlimaan diatas simfisis, yaitu dengan memakai 5 jari, sebelum dilakukan periksa dalam. Bila kepala masih berada diatas PAP maka masih dapat diraba dengan 5 jari (rapat) dicatat dengan 5/5, pada angka 5 di garis vertikal sumbu X pada partograf yang ditandai dengan “O”.
 Selanjutnya pada kepala yang sudah turun, maka akan teraba sebagian kepala diatas simfisis (PAP) oleh beberapa jari 4/5, 3/5, atau 2/5, yang pada partograf turunnya kepala ditandai dengan “O” dan dihubungkan dengan garis lurus.
• His
 Pada persalinan yang berlangsung normal maka his akan terasa makin lama makin kuat, dan frekwensinya bertambah. Pengamatan his dilakukan tiap 1 jam dalam fase laten dan tiap 1/2 jam pada fase aktif.
 Frekwensi his diamati dalam 10 menit, lama his dihitung dalam detik dengan cara mempalpasi perut. Pada partograf jumlah his digambarkan dengan kotak-kotak yang terdiri dari 5 kotak sesuai dengan jumlah his dalam 10 menit.
 Lama his (duration) digambarkan pada partograf berupa arsiran didalam kotak:
 (titik-titik) 20 detik.
 (Garis-garis miring) 20-40 detik.
 (kotak dihitamkan) 40 detik.

b) Keadaan Janin
• Denyut Jantung Janin
 Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap setengah jam. Saat yang tepat untuk menilai denyut jantung segera setelah his terkuat berlalu selama ± 1 menit, dan ibu dalam posisi miring.
 Yang diamati adalah frekwensi dalam 1 menit dan keteraturan denyut jantung janin. Pada partograf denyut jantung janin dicatat dibagian atas, ada penebalan garis pada angka 120 dan 160 yang menandakan batas normal denyut jantung janin.
 Kalau diamati ada denyut jantung janin abnormal, dengarkanlah setiap 15 menit, selama 1 menit segera setelah his hilang.
 Bila dalam 3 kali pengamatan tetap abnormal maka harus diambil tindakan, yang dapat berupa :
 Rehidrasi.
 Pemberian oksigen.
 Tidur mengarah ke kiri.
 Pengamatan yang tepat untuk menyingkirkan tali pusat menumbung/ lilitan tali pusat.
• Warna dan Selaput Ketuban
 Observasi dengan pemeriksaan dalam, apakah selaput ketuban intak (+), yang dicatat dengan “I” dalam partograf. Bila sudah pecah, dicatatdalam partograf sesuai dengan kualitas air ketuban tersebut, bila jernih dicatat dengan “C”, bila tercampur dengan feses “M” (meconium staird), dan apabila air ketuban tidak ada atau kering :”A” (absent).
 Bila dijumpai air ketuban bercampur dengan mekonium dan disertai denyut jantung janin yang abnormal dapat dipastikan adanya tanda-tanda gawat janin.
• Moulage Kepala Janin
 Hal ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan dalam. Yang dinilai adalah pertemuan antara tulang-tulang tengkorak kepala atau sutura.
 Bila dijumpai pada kepala yang masih tinggi, yaitu 5/5 maka akan kemungkinan terjad disproporsi kepala dan panggul.
 Pada partograf dicatat berupa :
O : tulang-tulang kepala terpisah dan sutura masih teraba
+ : tulang-tulang kepala masih menempel
++ : tulang-tulang kepala tumpang tindih
+++ : tulang-tulang kepala tumpang indih berat


c) Keadaan Ibu
Tercatat pada bagian bawah partograf:
• Nadi, tekanan darah dan suhu.
 Nadi: setiap 1 jam dicatat dalam kolom nadi.
 Tensi: setiap 4 jam dicatat dalam kolom tekanan darah.
 Suhu: setiap 4 jam dicatat dalam kolom suhu
• Pemeriksaan urin.
 Volume: jumlah urine.
 Protein: ewit.
 Aseton.
• Obat-obatan dan cairan yang diberikan selama proses persalinan.
• Pemberian oksitosin, tercatat pada kolom khusus pada partograf, dibagian bawah.

Petunjuk Pengisian Partograf
Untuk kepentingan pencatatan dalam sistem partograf mengenai kemajua persalinan, keadaan janin, dan keadaan ibu, yang perlu diperhatikan adalah :
1) Pencatatan kedalam partograf dimulai sewaktu ibu dalam keadaan inpartu (masuk kedalam proses persalinan).
2) Fase laten dimulai dari pembukaan 3 m dengan disertai pendataran serviks secara berangsur-angsur dan lamanya tidak lebih dari 8 jam.
3) Fase aktif dimulai dari pmbukaan 3 cm sampai dengan pembukaan 10 cm (pembukaan lengkap) denga kecepatan rata-rata 1 cm/jam.
4) Garis waspada garis lurus dimulai dari pembukaan 3 cm sampai 10 cm.
5) Garis tindakan / action line garis yang digambarkan 4 jam dari garis waspada dan sejajar dengan garis waspada tersebut.
6) Kemajuan persalinan dikatakan normal (tidak memerlukan tindakan) bila pembukaan serviks selalu berada pada atau disebelah kiri garis waspada.
7) Bila pasien masuk dalam fase aktif langsung, maka pembukaan langsung dicatat pada garis waspada.
8) Bila persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, maka pembukaan dipindahkan atau ditransfer (berupa garis terputus-putus yang melengkung) dari fase laten ke garis waspada.
9) Pengisian partograf dimulai saat inpartu:
I. Fase laten  3 cm.
His (+) : frekwensi 2 kali dalam 10 menit, lamanya  0 detik.
II. Fase aktif  3 cm.
His (+) : frekwensi minimal 1 kali dalam 10 menit, lamanya 20 detik.
III. Induksi persalinan
 Saat pemecahan ketuban + oksitosin.
 Bila indukasi hanya dengan oksitosin, maka paftograf dimulai saat inpartu, ketuban pecah.
IV. Ketuban Pecah Dini (KPD)
 Oksitosin dimulai.
 Timbul tanda inpartu.

Penanganan
a. Penanganan pada fase laten dan fase aktif normal
1) Jangan lakukan augmentasi (akselerasi) dan terapi suportif, kecuali bila ada indikasi.
2) Pada fase laten, jangan lakukan amniotomi, tetapi bila pada fase aktif, lakukan setiap saat.
b. Penanganan persalinan antara garis waspada dan garis bertindak
1) Kemajuan persalinan bergeser kekanan dari garis waspada. Kalau tidak ada fasilitas yang memadai untuk menangani penyulit kebidanan, maka ibu harus segera dirujuk kerumah sakit, kecuali kalau ibu hampir melahirkan bayinya.
2) Jangan lakukan augmentasi dan terapi suportif kecuali ada indikasi.
3) Amniotomi dilakukan pada saat pemeriksaan dalam.
c. Penanganan persalinan pada garis atau di luar garis tindakan
1) Keputusan harus segera diambil untuk mengakhiri persalinan.
2) Evaluasi keadaan janin : denyut jantung janin, keadaan air ketuban, dan moulage kepala.
3) Evaluasi keadaan ibu : nadi, tekanan darah, suhu, serta kandungan volume, protein, dan aseton dalam urin.
4) Berikan terapi suportif, berupa infus cairan, dan kosongkan kandung kemih. Kehamilan diakhiri dengan operasi caesarea pada keadaan gawat janin, DKP, atau ada kontraindikasi dengan oksitosin.
5) Berikan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi.
6) Penatalaksanaan konservatif hanya berupa terapi suportif.
7) Selanjutnya observasilah kemajuan persalinan melalui pembukaan servikas 3 jam kemudian, lalu 2 jam terakhir (± 7 jam). Bila tidak terdapat kemajuan dari salah satu dari ke 3 pemeriksaan diatas persalinan harus segera diakhiri (biasanya dengan operasi caesarea).
8) Bila dilakukan augmentasi persalinan, maka ketuban dipecahkan sebelum infus oksitosin dimulai.
d. Penanganan persalinan pada perpanjangan fase laten (>8 jam)
1) Evaluasi keadaan medis secara utuh.
2) Bila belum dalam proses persalinan, maka partograf dibatalkan.
3) Terminasi persalinan dengan seksio caesarea dilakukan pada gawat janin atau DKP.
4) Amniotomi + oksitosin.
5) Lakukan penilaian:
 Periksa dalam tiap 4 ja sampai 12 jam.
 Kalau dalam 8 jam belum masuk fase aktif lakukan seksio caesarea
 Bila fase aktif tercapai selama dalam 8 jam tetapi kecepatan pembukaan kurang dari 1 cm, maka terminasi persalinan dengan seksio caesarea.

Monday, December 14, 2009

Ketuban Pecah Dini

I. DEFINISI
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu.
Yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal,selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
II. ETIOLOGI
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desisua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,sitokinin dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matriks degrading enzym”
MEKANISME KETUBAN PECAH DINI
Ketuban Pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang mentebabkan selaput ketuban inferior rapuh,bukan kerana seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antar sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur,jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Aktivitas degradasi preteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.

III. KLASIFIKASI
• PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan < 37minggu
• PROM ( Premature Rupture of Membrane)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan ≥ 37 minggu
IV. PREDISPOSISI
• Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
• Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
V. DIAGNOSIS
• Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina,jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
• Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
• Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm³. Janin yang mengalami takikardia,mungkin mengalami infeksi intrauterin.
• Tentukan tanda-tanda persalinan dan hitung skoring pelvik.
• Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
• Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal.
I. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada usia kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
II. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,pneumonia,omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini premature,infeksi lebih sering daripada aterm.Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
III. Hipoksia Dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban janin maka semakin gawat.
IV. Sindroma Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonar.

VII. PENATALAKSANAAN
Konservatif
Rawat di rumah sakit,berikan antibiotik (ampisillin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika usia kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu,sudah inpartu,tidak ada infeksi,berikan tokolitik (salbutamol),deksametason,dan induksi setelah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu,leukosit,tanda-tanda infeksi intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.Dosis betametason 12 mg perhari dosis tunggal selama 2 hari,deksametason I.M 5mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks,kemudian induksi. Jika tidak berhasil,akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvik > 5,induksi persalinan.

Solutio Plasenta

3.1. DEFINISI
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir, dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
Nama lain dari solusio plasenta adalah: abruption placentae, ablatio placentae, accidental haemorrhage, dan premature separation of the normally implanted placenta.

3.2. FREKUENSI
Frekuensi solusio plasenta di berbagai negara tidak sama, karena cara penyelidikan dan daerah lingkungan tidak sama pula. Sebagai contoh: Inggris (0.59%), Amerika (0.73%), RS.Pirngadi Medan (0.4-0,5%).
Makin lanjut usia, makin besar kemungkinan terjadinya solusio plasenta, karena pada usia lanjut kemungkinan mendapat arteriosklerosis lebih besar.

3.3. ETIOLOGI
Belum diketahui pasti. Faktor yang mempengaruhi antara lain:
1. Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum, glomerulonefritis kronik, dan hipertensi kronik.
Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi hematoma retroplasenter dan sebagian plasenta terlepas.
2. Faktor trauma:
- Pengecilan yang tiba tiba dari uterus pada hidramnion dan gemelli.
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.
3. Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi.
4. Pengaruh lain seperti anemia,malnutrisi,tekanan uterus pada vena cava inferior,dll.
5. Trauma langsung seperti terjatuh, kena tendang, dll.

3.4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggakan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh darah arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, sehingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah arteri tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

3.4. KLASIFIKASI
Secara klinis, solusio plasenta dibagi dalam:
1. Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janin. Terjadi perdarahan pervaginam, warna kehitam hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin agak sakit atau terus menerus agak tegang. Walaupun demikian, bagian janin masih mudah teraba.
2. Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari 1/4 tetapi belum sampai 2/3 luas permukaannya. Tanda tanda dan gejala dapat timbul perlahan lahan seperti solusio plasenta ringan atau mendekat dengan gejala sakit perut terus menerus, nyeri tekan sehingga bagian bagian dari janin sukar diraba. Telah ada tanda tanda persalinan, persalinan selesai dalam waktu 2 jam.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannya. Terjadi tiba tiba biasanya syok dan janin telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi pembekuan darah.

DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIS
Solusio plasenta yang ringan pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, dalam hal ini diagnosis ditegakkan setelah anak lahir. Pada plasenta didapat koagulum darah dan krater.
Pada keadaan yang agak berat dapat dibuat diagnosis berdasarkan:
1. Anamnesa
-perasaan sakit yang tiba tiba di perut
-perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong konyong (non recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan darah.
-pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti.
-kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang.
2. Inspeksi
-pasien gelisah, dan tampak kesakitan
-pucat, sianosis, keringat dngin
-terlihat darah keluar pervaginam
3. Palpasi
-uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his.
-nyeri tekan terutama ditempat plasenta terlepas.
-bagian bagian janin sulit di kenali karena perut/uterus tegang.
4. Auskultasi
Sulit karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100, dan akhirnya hilang bila plasenta yan terlepas lebih dari 1/3.
5. Pemeriksaan dalam
-serviks dapat telah membuka atau masih tertutup
-jika sudah terbuka, maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his atau di luar his.
-jika ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan umum
-tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
-nadi cepat, kecil, dan filiformis.
7. Pemeriksaan laboratorium
-urin: albumin (+), pada pemeriksaan sediment terdapat silinder dan lekosit.
-darah: Hb menurun (anemi), periksa golongan darah. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1 jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150mg%).
8. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, plasenta diperiksa. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.

KOMPLIKASI
Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi pada ibu adalah perdarahan, koagulopati konsumtif (kadar fibrinogen <150mg% dan produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kematian janin dan apopleksia uteroplasenta (uterus Couvelaire), dalam hal ini darah merembes memasuki otot otot rahim sampai kebawah serosa, bahkan kadang sampai ke lig.latum dan melalui tuba masuk ke rongga panggul. Uterus terlihat lebih besar, dinding uterus penuh dengan bintik bintik merah hematom dari kecil sampai besar. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah, dan sindrom gagal napas.

PENATALAKSANAAN
Penderita segera dikirim ke rumah sakit terdekat dimana tersedia fasilitas operasi. Jika perdarahan banyak, pre syok atau syok, diberi infuse dulu baru di kirim. Di rumah sakit periksa Hb, Ht, golongan darah, selanjutnya di periksa tekanan darah dan nadi untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan, pantau pula DJJ dan gerak janin. Bila terdapat renjatan segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah. Setelah renjatan diatasi, pertimbangkan SC bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi ≤37 minggu atau taksiran berat janin <2500gr, penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit, yaitu:
1.Solusio plasenta ringan
- Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup) dengan tirah baring, atasi anemia, USG, CTG, lalu tunggu persalinan spontan.
- Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat mengancam ibu dan janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin. Jika terus perdarahan, skor pelvic <5 atau persalinan masih lama, lakukan SC.
2. Solusio plasenta sedang/berat
-resusitasi cairan
-atasi anemia dengan pemberian transfusi darah
-partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominam bila tidak dapat.
Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi ≥37 minggu atau taksiran berat janin ≥2500gr, pikirkan partus perabdominam bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.



PROGNOSIS
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembuluh darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan, dan jarak waktu antara terjadinya solusio plasenta sampai pengosongan uterus. Diperkirakan risiko kematian ibu 0,5-5% dan kematian janin 50-80%.

Asuhan Persalinan Normal (APN)

PERSALINAN NORMAL
60 Langkah Asuhan Persalinan
Kala – dua – tiga – empat


I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

* Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
* Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.
* Perineum menonjol.
* Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
• Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
• Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
• Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran:
• Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
• Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
• Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
• Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
• Menganjurkan asupan cairan per oral.
• Menilai DJJ setiap lima menit.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
• Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

Lahirnya kepala

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
• Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
• Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
• Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahir bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahir badan dan tungkai

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

Oksitosin

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan tali pusat terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
• Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

Mengluarkan plasenta.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
• Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.


Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

VIII. MENILAI PERDARAHAN

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

EVALUASI

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
• 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

Alhamdulillah...



begitu mudah KAU membalikkan keadaan...
begitu aku mensyukuri nikmat yg KAU berikan...
dalam tangisku.
dalam asaku.
dalam terang dan gelapku.
semua yg terbaik tak selalu indah utk dirasakan.
ya.
semua yg kita mau bukan selalu yg terbaik...

terimakasih ya Allah...
utk semua hal terbaik yg KAU berikan...
utk segala kemudahan jalan ini...
semoga pikiranku selalu terbuka utk berpikir positif...
dan tetap akan selalu berusaha yg terbaik...

semangat cantiikk!! ;)